Dunia Maya dan Metamorfosa

          Ada sebatang pena. Ada berlembar kertas dalam buku kecil. Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Menulis sebuah cerita fiksi nyata opini. Ataukah menggores titik dan garis menjadi sebuah gambar. tapi aku tidak bisa menggambar. Mungkin puisi, tapi sedang tidak ada inspirasi. Jadilah aku kembali pada berhala kecil yang kini menjadi kebutuhan setiap manusia, bahkan teman tidur dan teman dimanapun. Memang benar, Telepon genggam. Kalau tak tahu, Telepon selular. Bisa juga, Handphone, yang disingkat menjadi "hp".
           Kembali bermain dengannya, membuka situs-situs dunia maya. Menunggu dan mencari tahu kabar terbaru. Ikut campur masalah banyak orang. Dengan jumlah manusia yang begitu infinit, Dunia yang semakin gila terus berkembang. Aku sadar, dulu kecilku ketika semua kegilaan ini belum tercipta, banyak hal dilakukan dengan manual sehingga memberi kesan. Lantas sekarang, apa yang tak bisa dilakukan di dunia maya? Dunia yang bahkan tak nyata. Dunia serba bisa, serba mudah, serba cepat. Dunia internet--yang kebanyakan orang bilang.
           Sebenarnya aku kesal. Aku tak terima. Tapi aku harus bilang ke siapa dan menyalahkan siapa. Seperti kubilang, semua hanya maya. Mau tidak mau aku aku juga harus terjerembab ke dalam kepalsuan ini. Aku turut melakukan apa yang pada mulanya kuanggap bodoh, malas, dan terlalu instan. Tidak mungkin pula aku harus teguh dalam pendirian hingga menjadi manusia era dahulu yang sekarang akan dianggap penyendiri bahkan tidak waras.
           Dulu masa anak-anak seumuranku, menggambar, bermain masak dengan peralatan dapur mini yang terbuat dari plastik, menjalin relasi dengan kawan lewat kotak pos, petak umpet, kejar-kejaran, nyanyian, adalah mesin pencetak kegembiraan yang tak terkalahkan. Namun dalam pandangku, pengamatanku sekarang, bayi yang baru bisa duduk saja sudah disodori berhala kecil dan dikenalkan sedikit demi sedikit dengan dunia palsu tadi. Lalu aku harus berbuat apa? Tidak bisa. Era memang terus berkembang. Ada memang beberapa untung kalau dinikmati. Nmun dipikir lagi akan lebih banyak rugi. Era sekarang menghasilkan banyak kebohongan. Pena dan kertasku mulai ditinggalkan. Orang-orang beralih pada alat-alat canggih sekawanan mereka. Sedih kumerasa manual adalah tak berguna. Apa yang kulihat dan kurasa sekarang bermetamorfosa bersama tumbuh kembang tubuh usia juga sekitarku. Mungkinkah era selanjutnya akan semakin parah?



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja Raya Redam

Ujung Jalan

Untuk para Domba