Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Sekilas Pandang

      Sekilas saja tentangku. aku adalah mahasiswa (sekarang) bahasa dan sastra inggris di salah satu kampus Islam negeri di Malang. Aku menyukai sepi, malam, angin, awan, poohon, gunung, langit, tulisan, lagu, dan khayalan. Aku benci dunia, keramaian, dan kekerasan. Aku bukanlah orang yang closed of personality, tapi aku terlalu marah dengan dunia.      Aku hanya baru belajar bagaimana menilai hidup yang sehungguhnya dan mendekat pada Tuhanku semenjak aku merubah statusku menjadi mahasiswa. Alasan lain karena aku diharuskan terkurung dalam pondok pesantren yang benar asing bagiku. Seolah terlempar jauh kedalam lubang, aku harus survive dan mencari sudut keindahan lain. Aku mulai menyukai puisi. Bagiku menari dalam tulisan jauh lebih bermartabat dibanding sedih berkepanjangan.      Bagiku Hidup adalah sebuah lembar kosong yang bersih--pada awalnya. Setelah terlekena tetesan air hujan, hembusan angin yang membawa debu, lembar terserbut perlahan mulai lusuh. Sebagai manusia, hanya bi

Rabu abu-abu

Seolah semu Ku tak tahu arah bicaraku Terdengar sendu Bisikan benci datang tanpa malu Bukan hanya ragu Diselimuti dengan lesu Setapak lankah kaku Tercoreng kian membiru Hey hari kelabu Masih adakah cara membuka pintu Atau mencari lembar baru Lalu apa yang dicari dari dulu Belum terkuak bahkan tabu Menjadi mitos yang kekal selalu Ditunggu hingga membeku Dinanti sampai bertalu Lalu apa yang diharap esok itu Mungkin sesuatu melebihi masa lalu Atau sisa asa yang masih menggebu Tercapainya rasa ingin tahu Juga lepas dari rindu Hari ini abu-abu Harapan tertutup tebal debu Dunia mengeroyok dengan serdadu Bahagia gelap tanpa lampu Sekitar murung bermuka sayu Kutarik garis imajinasiku Menutupi semua sisi benalu Masih berharap jikalau mampu Masih berontak agar segera melaju Kian menangis merintih tersenyum palsu

Suara Jemariku

Kala sayup suara hati bergema Dunia bertanya kau sedang apa Maka malam pergi begitu saja Tinggalah sepi dalam senja Aku yang meng-akukan diriku Mencari tempat bersembunyi Mencari ruang tuk sendiri Mencari sisi ditengah sunyi Suara jemariku mengalun lirih Tuliskan sajak sedih tak berfungsi Menyengat bagai sampah Gersang bagai ilalang Suara jemariku terus bergetar Bawaku melintasi mesin waktu Bercampur dengan gelap dan terang Menanti keajaiban dan nestapa Jauh di dalam ini memberontak Apa yang sebenarnya terjadi Ku mencari jawaban pasti Dunia milik siapa

Ujung Jalan

Pada tetes hujan yang berbisik Pada silir angin yang memanggil Alunan nada tercipta Kilasan rona terpancar Hening seolah bisa bernyanyi Gelap seolah dapat tertawa Me-reka-reka samar derap langkah Memeluk mesra kesendirian Gelisah dalam puncak rasa Mengucilkan kata percaya Bimbang datang mengusik hati Memaksa pergi dari sini Hanya tak ada jalan untuk lari Tak ada sela yang dapat dilalui Pun tak ada waktu berdiam diri Seolah tertutup ujung sepi Andai ketidakmungkinan mau mengalah Pasti tak ada lagi kata percaya Andai keraguan tak pernah ada Pasti semua mengalir dengan sempurna Ujung jalan tempat berhenti Yang tiada cara melangkah maju Tiada mungkin menoleh mundur Tiada guna tetap terjaga Lalu adakah cara bertahan? Atau menggali sudut kesabaran Atau menciptakan kesenangan Semua tergambar lewat angan di ujung jalan