Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Putih

       Dahulu, ada seseorang yang telah lahir lebih dulu. Melihat dan merekam, menggambarkan semua isi kepalanya lewat kumpulan kata.        Belasan tahun sesudahnya, ada seseorang yang lahir setelahnya. Dia tak tahu apa-apa sampai bertemu dunia-dunianya. Dia tak pernah mengira bahwa warna putih bisa membias menjadi pelangi. Dia baru pula tahu bahwa setiap warna itu memiliki cerita.        Bertemulah dia dengan satu warna indah. Kadang, dia masih kebingungan menamai warna itu. Warna indah yang bisa tiba-tiba berubah menjadi menyedihkan, bukannya membahagiakan.        Belakangan, dia tahu dari orang-orang, mereka sering menyebut warna itu 'cinta'. Dia semakin dibingungkan dengan apa yang baru dia ketahui. Terkadang dia bahagia akan hal itu, terkadang dia muak. Dia semakin banyak merenung. Memikirkan semua-semua itu, sendiri.        Kini, Dia, seseorang-yang-lahir-belakangan itu, bertemu dengan warna lain bernama 'pilihan'. Warna itu begitu terang dan berani. Dia

Renjana

       Hening.. masihkah ada suaraku terdengar? Sepertinya semakin hening. Hanya mengandai.. aku hanya mengandai saat itu tiada kutemui dirimu. Tahukah kau aku mengingat setiap detiknya.. semuanya! Kini aku berusaha mengeja kata m e n g a p a. Mengapa kala itu kau berbicara di depanku? Mengapa kala itu kau hadir mengagumkanku? Mengapa sampai hati ku mempertahankan rasaku hingga kini? Siapa yang tahu. Kita sama-sama punya kisah, tapi saling memendamnya. Kita saling berbagi, tanpa menjabarkannya. Mengaku butuh, tapi tak selalu mengadu. Siapa yang tak salah menilai..        Jadilah rasanya sudah tak mampu menyimpan rindu kian mendalam. Saat hanya beberapa waktu bahkan tak melihat namamu. Rasanya sayu. Semu. Mengenang sebuah bayangan. Menunggu sebuah ke-fiksi-an. Kini, kau perlu tahu kini, saat tanpa hadirmu, pagi tak sedingin dahulu. Yang kata mereka hujan membawa kenangan, tanpamu, bagiku hujan membawa kesedihan. Sedih karena pernah kulalui itu denganmu dan kini tak lagi.     

Sekali Lagi Aku

       Masih ada tersisa dari beberapa detik yang lalu. Masih ada gelap yang menemaniku, memikirkan tentang memori selama aku mengenalmu. Aku, telah pernah berusaha menjadi seperti seseorang yang lebih pantas kamu idam-idamkan. Aku, telah pernah mencoba merubah diriku sebaik mungkin agar selalu baik dimatamu. Bahkan mungkin kamu perlu tahu, Aku, juga telah susah payah mencari alat untuk menghapusmu sementara dari hidupku~        Selama ini, waktu yang kian bertambah dari sejak pertama aku mengenalmu, aku merasa sakit, alergi, demam, dan tak punya daya. Yang pada awalku masih bersih mengkilat untuk sanggup dengan lancar merefleksikan sebuah bayang, kini retak-retak. Karena tanpa sengaja kamu membantu merusaknya secara perlahan. Aku memang benda mati yang tak mampu mengutarakan isi hati. Ya, aku juga punya hati. Bagian itu yang paling krusial di tubuhku. Bagian yang tak luput dari-tentangmu. Bagian yang pertama kali kamu sentuh saat menatapku. Kini, aku tahu kamu sudah menemukan sesu

Nestapa

Dingin.. Dingin siang selepas penghujan Hampa.. Hampa suara di sebuah sudut yang hilang Lenyap.. Lenyap sudah beberapa petikan kata Dingin, Hampa, Lenyap Dan lalu terulang Dingin, Hampa, Lenyap Ada apa semua menjadi buta? Aku sudah bosan bertanya Aku mencari Aku sendiri