Diorama Semu #3

       Aku berlari dengan cepat melewati puluhan anak tangga yang biasa kulalui setiap waktu beberapa bulan terakhir ini. Sejenak ku berhenti untuk bernafas. Aku menunduk dan melihat ujung-ujung kakiku menapak dengan terpaksa di permukaan lantai keramik. Aku tahu mereka juga lelah. Ku tarik napas dalam-dalam. Tak ada orang lain disana. Hanya angin yang tiba-tiba terhembus masuk melalui sela jendela. Di atas terlihat dua baris anak tangga lagi. Aku sudah di lantai 3.

       Akhirnya tibalah di ruanganku. Segera kuhampiri tulisanku. Apakah mereka baik-baik saja?.. Ku dengarkan ulang kalimat-kalimat yang sempat kuperdebatkan sebelumnya. 3 kali ku membacanya. Saat aku sudah cukup tenang, aku melanjutkannya lagi. Masih dengan nuansa yang sama. Masih kawan-kawan yang kemarin. Jam dinding yang masih ber-tik-tok di atas sana, kalender yang tergantung pasrah, cahaya kecil pembentuk bayanganku, pena dan kertas suciku.

       Kulantunkan lagi.. kata demi kata. Aku harus tenang. Aku harus tenang. Hmm.. maafkan aku kawan-kawan. Ada sesuatu yang mengganggu fikiranku. Kucoba lagi pejamkan mataku, tapi aku tak menemukan pengganggu itu. Tiba-tiba saja aku teringat Ibu, bapak, dan adik kecilku. 3 orang berharga dalam hidupku. Sedang apa mereka selama aku pergi.. Mereka pasti baik saja dan semakin baik tanpaku. Aku tergerak lagi.. Penaku tersenyum dan menari kegirangan. Aku ingin mengotori selembar lagi sebelum rehat. Setengah gelap ini sungguh membantuku. Aku mohon jangan ada suara lain lagi. Biarkan aku melalui tengah malam ini tanpa terjadi apa-apa..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Maya dan Metamorfosa

Ini-Bukan-Film

Senja Raya Redam