Renjana
Hening.. masihkah ada suaraku terdengar? Sepertinya semakin hening. Hanya mengandai.. aku hanya mengandai saat itu tiada kutemui dirimu. Tahukah kau aku mengingat setiap detiknya.. semuanya! Kini aku berusaha mengeja kata m e n g a p a. Mengapa kala itu kau berbicara di depanku? Mengapa kala itu kau hadir mengagumkanku? Mengapa sampai hati ku mempertahankan rasaku hingga kini? Siapa yang tahu. Kita sama-sama punya kisah, tapi saling memendamnya. Kita saling berbagi, tanpa menjabarkannya. Mengaku butuh, tapi tak selalu mengadu.
Siapa yang tak salah menilai..
Jadilah rasanya sudah tak mampu menyimpan rindu kian mendalam. Saat hanya beberapa waktu bahkan tak melihat namamu. Rasanya sayu. Semu. Mengenang sebuah bayangan. Menunggu sebuah ke-fiksi-an. Kini, kau perlu tahu kini, saat tanpa hadirmu, pagi tak sedingin dahulu. Yang kata mereka hujan membawa kenangan, tanpamu, bagiku hujan membawa kesedihan. Sedih karena pernah kulalui itu denganmu dan kini tak lagi.
Aku bagaikan tumbuhan layu. Pasrah dihempas angin sana-sini. Aku bagaikan.. aku sudah tak tergambar lagi. Mungkin terlalu lama aku diam di satu titik abu. Seperti kataku, menunggumu. Berharap setidaknya kau tahu, kau sadar itu. Agar rinduku tak kupegang sendiri. Agar kekal dalam hampamu. Lihat dan dengarkanku..
Saat ini.. Hey.. aku tak tahu lagi harus membuang semua ini pada siapa. Aku terlalu kalut. Sepertinya aku kehilangan guna indera-inderaku. Tak mampu lagi ku meraba wajahku. Cermin sudah tak membiaskan tubuhku. Apa aku salah lihat? Kurasa tidak. Maka aku sudah menemukan jawabannya. Aku hanya perlu.. menikmatinya.
Komentar
Posting Komentar